Senin, 27 Oktober 2008

Human Capital Sebagai Agen Perubahan


Human Capital Sebagai Agen Perubahan

Palo Alto di bulan Agustus 2001. Daun-daun berguguran dan udara masih menyisakan kesejukan. Pada kantor pusat Xerox Corporation. Seorang perempuan berbicara di depan para stakeholders perusahaan. Mulai dari komisaris, direksi, pemegang saham hingga karyawan biasa. Sang perempuan itu bernama lengkap Anne Marie Dolan Mulcahy. Biasa disebut Anne Mulcahy. Tidak ada yang istimewa pada penampilan perempuan berambut pirang ini. Hanya sapuan lipstik lembut menghias wajahnya. Yang istimewa adalah perempuan berpenampilan tidak istimewa ini pertama kali mengucapkan pidato di hadapan stakeholders Xerox corp sebagai CEO baru. Inilah babak baru sejarah Xerox dipimpin CEO berkelamin perempuan.Anne Mulcahy didaulat menjadi CEO ketika Xerox sedang berdarah-darah. Perusahaan yang dimasa lalu selama puluhan tahun menjadi raja bisnis dokumen ini sedang dililit aneka penyakit nan gawat. Aneka penyakit itu seperti; (1) utang sebesar 17,1 milyar dollar AS, (2) kas dikantong hanya 154 juta dollar AS, (3) saham rontok, dari 64 dollar AS menjadi 4 dollar AS per lembar, (4) kegemukan jumlah karyawan di atas 100 ribu, (5) produk yang kalah bersaing di pasar. Jika disimpulkan, Xerox siap untuk tinggal nama alias bangkrut. Namun disinilah letak istimewanya Anne Mulcahy. Melalui tangan midasnya, Anne mampu melakukan restrukturisasi perusahaan sehingga dalam waktu setahun mampu mendongkrak laba positif pada angka 91 juta dollar AS. Setahun berikutnya, yaitu 2003 Xerox mampu membukukan laba pada angka 360 juta dollar AS. Kemudian 2004 Xerox berkibar keuntungannya menjadi 859 dollar AS. Mengapa Anne mampu melakukan pekerjaan nan luar biasa ini? Sudah ribuan ulasan yang dikupas pada aneka media massa yang ada di planet ini untuk menjawab pertanyaan ini. Namun hanya sedikit yang mengulas tentang latar belakang Anne selama 30 tahun karirnya di Xerox. Padahal perjalanan karir Anne yang berawal dari posisi bawah bernama field sales representative dan berujung pada CEO, dapat menjelaskan mengapa Anne sukses melakukan restrukturisasi Xerox. Ada sepenggal karir Anne pada tahun 1992 – 1995 yang mempengaruhi pemikiran briliannya. Sepenggal karir itu pada posisi Vice President Human Resources (VPHR). Ketika menjadi VPHR, Anne mempunyai tanggung jawab kunci untuk membawa Xerox ke masa depan. Mengapa? Karena melalui divisinya, perusahaan mengharap para karyawan Xerox difasilitasi menjadi karyawan cakap bekerja, cerdas berpikir dan integritas bertindak. Dengan posisinya Anne bertanggung jawab untuk masalah pengembangan dan pelatihan karyawan, sistem karir, strategi SDM, hubungan perburuhan, hingga kompensasi dan benefit. Lebih strategis lagi adalah tugasnya sebagai agen perubahan dan mitra strategis organisasi. Pengalaman ketika menjadi VPHR ini yang menyebabkan Anne Mulcahy sukses membawa biduk perusahaan berselancar di gelombang perubahan. Sebagai agen perubahan Anne telah bertindak paripurna. Anne berhasil membawa perubahan maha dahsyat dari perusahaan yang nyaris bangkrut menjadi perusahaan bersinar. Anne mempraktikkan tiga kompetensi inti dari agen perubahan seperti yang dahulu dilakukannya ketika menjabat VPHR. Tiga kompetensi inti agen perubahan tersebut, pertama, change management skills. Keahlian mengelola perubahan ini ditandai oleh beberapa elemen kunci, yaitu: (a) kapasitas kepemimpinan dan jangkauannya dalam mengemudikan perubahan, (2) kecakapan dalam mengantisipasi kebutuhan bisnis untuk berubah, dan (3) kemampuan menggerakkan orang-orang untuk menghadapi perubahan. Tampak bahwa kepemimpinan Anne Mulcahy piawai dalam mengelola perubahan. Pesaingnya di pasar begitu digdaya untuk dilawan. Untuk industri mesin fotokopi bercocol kuat Sharp, Canon dan Ricoh. Sedang di printer ada raksasa Hewlett Packard dan Canon. Namun dengan campuran intuisi, pengalaman dan kecerdasan Anne Mulcahy mampu mengatasi itu semua. Beberapa elemen kunci mengelola perubahan itu dijalankan dengan penuh disiplin dan berujung pada kesuksesan.Kompetensi inti kedua yaitu bertindak sebagai coaching, fasilitator dan konsultan. Perubahan organisasi pada dasarnya seperti berjalan di lorong-lorong gelap. Banyak warga organisasi yang tertatih-tatih dalam menelusuri lorong-lorong gelap tersebut. Bahkan banyak pula yang tersesat untuk kemudian berhenti berjalan atau mengundurkan diri dari organisasi. Disinilah peran penting dari seorang agen perubahan. Sang agen harus mampu menjadi coach dan fasilitator untuk menunjukkan kemana lorong gelap menuju. Bahkan sang agen harus pula menjadi konsultan bagi setiap anggota organisasi yang kebingungan ataupun yang ingin mengundurkan diri lantaran saking tidak tahunya akan kemana kemudi organisasi mengarah.Kompetensi inti terakhir, ketiga yaitu kemampuan menganalisis sistem. Ketika perusahaan sedang bertumbuh, diperlukan pemimpin berjiwa entrepreneur. Dengan jiwa entrepeneur tersebut maka seluruh rintangan, tantangan, keterbatasan dan ketiadaan sistem manajemen yang rapi mampu dijawab dengan baik. Namun ketika perusahaan sudah membesar, memiliki ratusan bahkan ribuan pekerja, cabangnya ada dimana-mana dan struktur organisasi melebar maka yang diperlukan kemudian adalah pemimpin berbasis pada sistem.Untuk kasus yang dihadapi Xerox, pemimpin berbasis sistem menjadi sebuah keharusan. Disamping karena organisasinya sudah sangat besar, Xerox sendiri sedang melakukan proses perubahan. Lagi-lagi Anne Mulcahy sangat piawai dalam menganalisis sistem. Pertama yang dilakukan adalah membenahi sistem keuangan dan human capitalnya. Baru kemudian sistem lainnya semisal pemasaran, operasional, distribusi maupun divisi-divisi yang ada di Xerox. Pada human capital yang dibenahi adalah mengarahkan SDM untuk berbisnis pada tingkat high end dimana mengubah dari penyedia mesin dan layanan dokumentasi menjadi perusahaan jasa dengan teknologi digital sebagai motor penggeraknya.Di dunia human capital sekarang sedang berlangsung perdebatan panjang menyoal implementasi human capital sebagai agen perubahan. Perdebatan ini memang mencerdaskan karena menempatkan divisi human capital tidak sekedar bermain pada wilayah administratif belaka. Hanya saja perdebatan ini menjadi tidak berujung pangkal. Untuk mengembalikan perdebatan ini pada wilayahnya alangkah lebih elegan bila berkaca pada kasus Xerox dengan Anne Mulcachy. Ternyata human capital sebagai agen perubahan bukanlah wacana omong kosong. Namun dapat dipraktikan. Jejaknya sudah ada: Xerox dan bekas Vice President Human Resources nya, Anne Mulcachy.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda